Arsip Kategori: Library Rockstars

PRESIDEN KITA, SARJANA ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Hari ini, 20 Oktober 2014, merupakan hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia karena pada hari ini dilakukan pelantikan Presiden Republik Indonesia yang ke-7, Joko Widodo. Setelah melewati berbagai proses Pemilihan Umum beserta drama politik yang panjang, semoga Joko Widodo dapat mengemban tugas dengan baik demi kesejahteraan Rakyat Indonesia. Sama seperti tajuk utama “A New Hope” pada Majalah Time yang ditujukan untuk Joko Widodo, masyarakat Indonesia memiliki harapan yang besar terhadap Presiden baru kita. Mungkin belum banyak orang yang mengetahui bahwa sebagai sarjana ilmu perpustakaan, kita juga memiliki seorang presiden. Bukan Joko Widodo melainkan Farli Elnumeri. Farli Elnumeri adalah Presiden Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) masa bakti 2012-2015.

 

Cikal bakal ISIPII berawal dari seminar “Kebebasan Memperoleh Informasi Publik”, yang diselenggarakan berkat kerjasama antara British Council, World Bank, Unesco, Universitas Bina Nusantara, dan Universitas Kristen Petra pada tanggal 8 Februari 2006. Pada saat itu, terjadi diskusi antara pustakawan dan pengajar Jurusan Ilmu Perpustakaan UNAIR yang kemudian berlanjut dengan diselenggarakannya pertemuan antara para pengelola Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi dengan pustakawan praktisi pada tanggal 2-4 Maret 2006 di Hotel Grand Kemang Jakarta. Pertemuan ini menghasilkan “Deklarasi Kemang” yang memuat usulan gagasan pembentukan organisasi profesi dan keilmuan dengan nama Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) dengan keanggotaan terbatas untuk sarjana ilmu perpustakaan dan informasi. Harkrisyati Kamil terpilih sebagai Presiden ISIPII pertama berdasarkan Musyawarah Nasional 1 tanggal 13 November 2006 di Universitas Udayana. Kini, tongkat kepresidenan itu dilanjutkan oleh Farli Elnumeri.

 

Daftar Nama Presiden ISIPII

Nama Presiden ISIPII

Masa Bakti

Harkrisyati Kamil

2006-2009

Harkrisyati Kamil

2009-2012

Farli Elnumeri

2012-2015

Bang Farli, begitu saya biasa menyapanya. Bang Farli memang sudah aktif berorganisasi sejak sekolah. Kegiatan Pramuka dan bermain musik dalam grup band menjadi pilihannya saat bersekolah. Kegiatan berorganisasinya pun tetap dilanjutkan saat dirinya berkuliah di Jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia. Saat ini, Meskipun Bang Farli sudah lulus kuliah Magister dan bekerja sebagai Kepala Perpustakaan Hukum Daniel S. Lev, dirinya tetap berorganisasi.

 

Farli Elnumeri
Farli Elnumeri

Biodata/profil:
Nama Lengkap: Farli Elnumeri
Nama Panggilan: Farli
TTL: Jakarta, 19 Oktober 1977
Pekerjaan: Pustakawan
Status: Menikah
Nama Pasangan: Sandra Amelia
Nama Anak: Zalika Khadijah
Pendidikan: Magister Ilmu Perpustakaan (M.Hum)
Hobi: Bermain Sepak Bola, Bulutangkis, dan Jalan-jalan

 

Dalam sebuah kesempatan, saya menanyakan beberapa hal kepada Bang Farli mengenai dirinya dan perpustakaan di Indonesia. Berikut ini beberapa hasil tanya jawab saya dengan Bang Farli:

  • Dahulu bisa masuk Jurusan Ilmu Perpustakaan bagaimana ceritanya Bang?
    Kebetulan pas mau isi formulir UMPTN bingung pilihan keduanya apa, nongkrong bareng sama tetangga pagi hari sambil makan ketoprak sebelum mengisi formulir. Kemudian tetangga tersebut menyarankan agar memilih Jurusan Ilmu Perpustakaan karena cukup baik lulusannya dan belum banyak ahlinya. Dia mencontohkan Bekti, JIP 91 yang merupakan teman dia ketika itu. Akhirnya, saya memilih jurusan ini dan diterima.

 

  • Apa suka-dukanya saat kuliah dan setelah jadi Alumni di JIP UI?
    Dukanya dipandang sebelah mata oleh keluarga besar yang masih mengagungkan ilmu-ilmu ternama. Tapi alhamdulillah sekarang mereka sudah tidak lagi mengejek lagi. Sukanya banyak karena bisa baca buku gratis dan kalau kuliah di UI rugi kalau hanya kuliah saja karena yang membedakan UI dengan universitas lain adalah lingkungan berorganisasinya. Makanya, ada beberapa UKM dan organisasi kampus saya ikuti agar dapat menambah teman, wawasan, dan pengetahuan yang tidak didapat dari kelas. Kalau jadi alumni paling yang nyebelin karena bidang pekerjaan kita seringkali jadi pendukung maka posisinya seringkali sulit berkembang. Misalkan di kantor, kalau nggak sarjana hukum nggak bisa jadi peneliti. Berbeda dengan beberapa teman di LSM yang tidak melihat kesarjanaannya. Sukanya, tempat bekerja saya bebas bereksperimen. Ini memudahkan saya ujicoba berbagai hal berkaitan dengan ilmu perpustakaan.

 

  • Ada kenangan khusus waktu kuliah?
    Kenangannya paling ikutan demo sana-sini, nonton teater di kampus, jalan-jalan. Tapi sayangnya aktifitas saya lebih banyak tidak berhubungan dengan keilmuan perpustakaan. Karena memang waktu itu kurang sekali ada diskusi dan semacam pengembangan mengenai ilmu perpustakaan di luar kelas. Paling juga bantu-bantu mengelola lab komputer jurusan. Berhubung awal mula ada Lab Komputer Jurusan Ilmu Perpustakaan mahasiswa yang mengelola.

 

  • Bagaimana ceritanya sampai bisa jadi Presiden ISIPII?
    Kalau diceritakan panjang, tapi intinya sih karena tidak banyak orang yang bersedia aktif mengurusi organisasi yang lebih banyak menghabiskan waktu, biaya, dan tenaga karena masing-masing sudah kehabisan energi mereka mengelola pekerjaaannya masing-masing. Syukurlah, coba ngumpul bareng ternyata cukup banyak yang bersedia mengelola organisasi ini namun tidak bersedia jadi Presidennya. Akhirnya dalam Musyawarah para peserta Munas ISIPII memaksa saya yang jadi Presiden.

 

  • Visi atau pencapaian ke depannya apa nih? untuk pribadi maupun pekerjaan
    Pekerjaan utama saya di ISIPII ini menggerakan roda organisasi ini. Saya yakin teman-teman sarjana ilmu perpustakaan dan informasi pasti punya ide dan gagasan yang menarik untuk dikembangkan dan dilaksanakan. Nah tugas kami bagaimana ide-ide ini dapat terlaksana. Untuk pribadi sendiri hanya ingin melihat teman-teman sarjana ilmu perpustakaan aktif mengembangkan pengetahuannya dan bermanfaat bagi lingkungannya. Pekerjaan sendiri, bagaimana masyarakat bisa merasakan manfaatnya atas keberadaan saya sebagai pustakawan.
  • Bagaimana peran keluarga dalam karir Anda?
    Luar biasa penting sekali.

 

  • Siapa saja orang-orang yang menginspirasi Anda selama ini?
    Selain Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beberapa tokoh yang saya cukup sering baca tulisannya yaitu Mohammad Hatta. Selain itu, Yusril dan Eep Saefullah Fatah (sayang mereka berdua akhir-akhir ini jarang saya baca tulisannya). Adapun untuk kepustakawanan, dari sisi pemikiran sih banyak juga.

 

  • Tips atau pesan untuk mahasiswa JIP?
    Tips belajarlah mencintai ilmu perpustakaan dan informasi, insya Allah ada manfaatnya tidak hanya untuk pribadi, namun untuk masyarakat sekitar dan agamamu. Selain itu, belajar tidak hanya di kelas, namun aktiflah belajar dalam berbagai organisasi karena itu akan mengasah jiwa kepemimpinanmu agar bisa menjadi pemimpin tidak hanya untuk pribadi namun lingkungan sekitarmu pula.

Jadi buat temen-temen mahasiswa/i Jurusan Ilmu Perpustakaan, seperti pesan dari Presiden ISIPII, jangan ragu untuk ikutan berorganisasi di kampus. Pilihlah organisasi atau Unit Kegiatan Mahasiswa yang kalian minati dan bergabunglah. Memang terlalu sayang kalau kuliah cuma jadi kupu-kupu, Kuliah-Pulang-Kuliah-Pulang. Siapa tahu kelak kalian bisa jadi Presiden ISIPII selanjutnya atau bahkan Presiden Republik Indonesia. Aamiiiin… 🙂

 

Rujukkan

Mustakim: Meniti Langkah di Dunia Kepustakawanan Indonesia

Tokoh-tokoh besar sering kali berbagi kisah inspiratifnya kepada kita di berbagai media massa maupun buku. Mereka bercerita tentang bagaimana usaha mereka dalam menggapai kesuksesan dan dari kisah tersebut ada keteladanan yang dapat kita tiru. Akan tetapi, keteladanan tidak hanya dapat kita peroleh dari tokoh-tokoh besar saja namun juga dari orang-orang yang ada di sekitar kita. Mustakim, atau yang biasa saya sapa Pak Mus, merupakan salah satu tokoh yang dapat memberikan keteladanan untuk saya.

SLIMSCOMMEET2014
SLIMSCOMMEET2014

Biodata:
Nama Lengkap : Mustakim
Nama Panggilan : Mus
Tempat/Tanggal Lahir: Purworejo, 21 September 1971
Pekerjaan : Staf Arsip dan Perpustakaan
Status : Menikah
Nama Pasangan : Muryani
Nama Anak : I. Lutfi Adhi Pratama /16 th
II. Faiza Suci Restyani/11 th
Alamat : Jatikramat, Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat
Pendidikan : D2 Ilmu Perpustakaan
Pengalaman Bekerja : Team Pelaksana Konsultan Arsip dan Perpustakaan 2009-2012
Hobi dan Prestasi : Volly, Sepeda Santai

Saya bertemu dengan Pak Mus pada tahun 2012. Kami berkenalan pada acara Belajar Bareng SLiMS atau BBS (Sinau Bareng versi Komunitas SLiMS Jabodetabek) pada bulan Agustus 2012 yang saat itu digelar di Binus University. BBS rutin diadakan sebagai ajang kopi darat dan sharing untuk para penggiat aplikasi Senayan Library Management System (SLiMS). BBS berlangsung di lokasi yang berbeda-beda setiap kali diadakan, tergantung kesepakatan komunitas dan kesediaan instansi yang ingin menjadi tuan rumah.

Selama ini, komunitas SLiMS identik dengan teknologi perpustakaan, gerakan perubahan, anak muda, dan energetic. Hal inilah yang membuat saya heran ketika melihat ada seorang bapak-bapak dalam acara Belajar Bareng SLiMS. “Ah paling BBS berikutnya gak bakal nongol-nongol lagi” begitulah pikir saya. Ternyata saya salah, secara rutin Pak Mus datang Belajar Bareng SLiMS dan bahkan tak jarang Pak Mus datang bersama anaknya. “Belajar sekalian jalan-jalan bareng anak” begitulah kata Pak Mus.

Pak Mus seakan memberikan saya contoh perihal konsistensi dan semangat belajar diusia yang tak lagi muda. Menurut saya sudah kodratnya kalau anak muda wara-wiri dan berkumpul di majelis ilmu bersama komunitas yang mereka minati. Akan tetapi, menjadi hal yang istimewa apabila ada orang yang sudah berumur masih bersemangat menuntut ilmu apalagi di komunitas yang usia anggotanya rata-rata lebih muda.

Kisah Pak Mus berkenalan dengan dunia kepustakawanan Indonesia juga cukup unik. Sebelum bekerja sebagai Staf Arsip dan Perpustakaan di sebuah perusahaan swasta seperti sekarang ini, Pak Mus sempat berganti-ganti pekerjaan. Pak mus pernah bekerja sebagai kurir, kolektor, staf gudang, sales, satpam, bahkan buruh bangunan. Menariknya, pengalaman pertama Pak Mus berkenalan dengan dunia kepustakawanan justru dengan upah yang lebih rendah dibandingkan dengan penghasilannya sebagai buruh bangunan. Awalnya, Pak Mus diajak bekerja di Konsultan Arsip dan Perpustakaan oleh sahabatnya. “Saya sebenarnya bimbang, bukan masalah masa depan atau peluang yang saya pertimbangkan, namun pendapatan yang ditawarkan lebih rendah dari buruh bangunan. Di sisi lain, sahabat saya sudah berulang kali menawarkan kepada saya. Saya melihat niat baiknya mau membantu dan membimbing saya untuk melihat peluang di dunia perpustakaan dan kearsipan.” begitu kata Pak Mus.

Pak Mus sempat merasakan keraguan pada awalnya. Dengan bermodalkan niat untuk memperbaiki keadaan keluarga dan berharap masa depan yang lebih baik, Pak Mus mengambil langkah untuk menerima ajakan sahabatnya untuk bekerja di Konsultan Arsip dan Perpustakaan. “Manusia wajib berusaha dan serahkan usaha kita pada-NYA.” begitulah keyakinan Pak Mus. Itulah cerita awal langkah Pak Mus di dunia kepustakawanan. Bagaimanakah langkah-langkah Pak Mus berikutnya? Berikut ini obrolan saya dengan Pak Mus:
1. Saya dengar Pak Mus sekarang kuliah ambil Jurusan Ilmu Perpustakaan, Bagaimana ceritanya hingga memutuskan untuk kuliah?
Bekerja sebagai pelaksana lapangan di Konsultan Arsip dan Perpustakaan tidaklah seperti yang saya bayangkan. Saat itu, saya hanya bermodalkan kemampuan mengoperasikan komputer. Awalnya, pekerjaan saya baru sebatas entry data, namun seiring waktu akhirnya dapat tugas untuk proses pengolahan informasi seperti mengabstrak, dan membuat klasifikasi. Latar belakang pendidikan saya tidak banyak membantu dan saya merasa sangat terbebani. Mas Riswanto selalu membimbing saya untuk hal itu, namun saya semakin terbebani. Semakin banyak yang tidak saya pahami baik proses maupun acuan bakunya bahkan sampai beliau memberikan berbagai buku untuk dipelajari.
Mas Riswanto mengajurkan untuk kuliah di Jurusan Ilmu Perpustakaan di Universitas Terbuka. Lagi-lagi ini pilihan berat buat saya. Dengan pendapatan dibawah UMR, saya harus berbagi untuk keluarga dan kuliah. Ini terasa berat. Mas Riswanto memberi motivasi, “Memang untuk maju perlu pengorbanan, mumpung kebutuhan anak belum banyak” begitu saran Mas Riswanto. Meskipun dengan berat hati, saya mengambil keputusan untuk kuliah. Awalnya, perjuangan saya penuh tantangan moril dan materil. Bahkan keluarga dan kakak-kakakku sendiri tidak setuju. “Urip ojo ngoyo…” begitu pesan keluarga dan kakakku.
Ada rasa menjadi beban buat keluarga dengan kondisi dan keputusan yang saya ambil ini. Sampai-sampai saya berfikir bahwa waktu adalah uang sehingga pada hari libur terkadang apabila ada yang mengajak bekerja, saya jalani untuk menambah pendapatan. Semua saya jalani dengan harapan semua akan menjadi lebih baik dan mengurangi rasa bersalah saya atas keputusan yang saya ambil.

2. Bagaimana ceritanya sampai bisa kenal dengan SLiMS dan bergabung dalam kepengurusan komunitas SLiMS Jabodetabek?
Saya mengenal SLiMS pada tahun 2009 saat bekerja di Konsultan Arsip dan Perpustakaan. Saya hanya tahu sebatas sebagai aplikasi perpustakaan dan mampu sebatas entry data. Instalasi saja saya tidak paham. Ketika saya mampir di Perpustakaan Kementerian Kesehatan, saya ketemu dengan anak UI yang bekerja di sana. Kalau tidak salah namanya Mas Fauzi. Dia bercerita tentang SLiMS dan memberitahukan bahwa SLiMS ada grupnya di Facebook. Dari Facebook-lah saya mulai mengenal SLiMS lebih jauh, mulai dari instalasi sampai memodifikasi. Saya merasa benar-benar harus banyak belajar untuk mengenal SLIMS. Begitu ada acara belajar bareng gratis saya bersemangat karena gratisnya. Hehehe… Di Binus Senayan adalah kali pertama saya ikutan Belajar Bareng SLiMS. Sayangnya, acaranya sering diadakan di hari Sabtu, sedangkan saya tidak libur. Begitu belajar bareng saya minder juga, kok saya paling tua, nggak paham apa-apa, komputer juga gatek apalagi bahasa pemrograman. Saya tidak menyangka ternyata pengurusnya masih muda muda, Mas danang, Mas Dudu, Mas Azwar Muin, Mbak Tiwi. Lalu, saat ada kepengurusan baru saya diajak gabung di kepengurusan. Sebenarnya, tambah bingung lagi saya tapi ini jadi kesempatan buat saya juga untuk lebih mudah belajar dari teman-teman tentunya.

3. Apa motivasi Pak Mus gabung kepengurusan komunitas SLIMS Jabodetabek?
Saya ingin belajar dan termotivasi dengan teman-teman yang lebih muda.

4. Apa ada manfaat yang sudah dirasakan dari keaktifan dalam kepengurusan komunitas SLIMS Jabodetabek?
Silaturahmi dan tambah teman, belajar berorganisasi, belajar banyak hal, dan sangat menunjang kuliah dan pekerjaan.

5. Visi Pak Mus untuk pribadi maupun pekerjaan ke depannya apa nih?
Visi pribadi, saya sangat berharap masih bisa memperbaiki masa depan dan bisa jadi motivasi buat keluarga khususnya anak-anak. Untuk karir, saya sangat berharap bisa jadi pustakawan di dunia pendidikan dan menjadi bagian dari perkembangan dunia pendidikan khususnya peran pustakawannya.

6. Bagaimana peran keluarga dalam karir Pak Mus?
Keluarga adalah energi dan movitasi terindah. Apapun yang keluargaku lakukan bagiku adalah tantangan. Mungkin kata ini tidak tepat, bahkan mendiskreditkan. Namun itulah yang menjadi motivasi.

7. Siapa saja orang-orang yang menginspirasi Pak Mus selama ini?
Insipasiku adalah bapakku sendiri, meski sudah sepuh tetapi Beliau semangat belajarnya sangat tinggi. Keluargaku, Mas Riswanto, serta teman-teman komunitas SLIMS.

8. Ada yang mau disampaikan kepada kawan-kawan Pustakawan?
Seperti yang pernah disampaikan oleh Bapak Blasius Sudarsono, “Pustakawan adalah profesi dan kehormatan, mari perjuangkan ini.” Kita bisa maju bersama dengan saling memotivasi dan berbagi untuk menuju kesana.

Di usianya kini, Pak Mus masih belum mau berhenti belajar. Pak Mus memilih kegiatan belajar sebagai cara untuk beradaptasi. Seperti Teori Evolusi Darwin, “Bukan makhluk yang paling kuatlah yang mampu bertahan, melainkan makhluk yang paling mudah beradaptasi” dan Pak Mus tahu bahwa pengetahuan adalah senjata manusia untuk beradaptasi.

Pak Mus menganggap kegiatan belajarnya selama ini sebagai langkah-langkah kecil di dunia kepustakawanan. Meskipun “hanya” langkah-langkah kecil namun apabila kita terus melangkahkan kaki kita dan tidak berhenti pasti kita akan sampai pada tujuan. Saya melihat ada semangat dan konsistensi dalam langkah-langkanya tersebut. Semua itu diawali dengan niat yang baik dan Pak Mus tidak pernah menyesalinya “Saya tidak pernah menyesali langkah yang saya ambil selama berlandaskan niat untuk menjadi lebih baik. Niat ini selalu menjadi pegangan dalam perjalanan waktu sampai saat ini. Tantangan, rintangan dari situasi dan kondisi, semua saya kembali pada niat itu.”

-kolordwijo-
BLOG CONTEST SLIMS COMMEET 2014

Library Rockstars: Srikandi Literasi Informasi untuk Sekolah

Beberapa kesempatan sebelumnya, semua Library Rockstar yang kita bahas adalah laki-laki. Kali ini, Library Rockstar yang akan kita bahas adalah seorang wanita. Library Rockstar yang akan kita bahas kali ini bernama Hanna Latuputty. Saya biasa memanggilnya dengan sapaan Mbak Hanna. Mbak Hanna adalah Manajer Perpustakaan Dickens Library, Secondary School, The British International School sekaligus Ketua Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI).

Saya mengetahui namanya untuk pertama kali melalui matakuliah Jejaring Lembaga Informasi pada tahun 2010. Dimana pada saat itu, mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk membahas mengenai jejaring perpustakaan yang ada di Indonesia. Teman-teman saya yang mendapat tugas membahas APISI mencoba untuk mewawancarai Ketua APISI, Hanna Latuputty. Dari presentasi kelompok tersebutlah saya mendapat gambaran mengenai APISI. Selesai jam kuliah, teman saya bercerita bahwa mereka beruntung mendapatkan narasumber yang ramah dan koperatif. Saat itu, saya membayangkan bahwa seorang Hanna Latuputty, Ketua APISI, pastilah petugas perpustakaan sekolah yang ramah dan hampir pensiun.

Setahun kemudian, barulah saya mendapatkan kesempatan untuk pertamakalinya bertemu langsung dengan Mbak Hanna. Momen itu terjadi ketika saya internship di Dickens Library, Secondary School, The British International School sambil tetap berusaha menyelesaikan tugas skripsi saya. Ketika bertemu saya terkejut karena bayangan saya tentang seorang Hanna Latuputty selama ini ternyata salah. Saya pikir akan bertemu dengan nenek-nenek ternyata Mbak Hanna masih belum setua itu. Mbak Hanna masih kelihatan bugar dan tidak seperti pustakawan sekolah saya waktu masih sekolah dulu.

Hanna Latuputty
Hanna Latuputty

Nama Lengkap: Hanna Chaterina George, SS. M.I.Kom
Nama Panggilan: Hanna Latuputty
TTL: Jakarta, 2 Juli 1970
Pekerjaan: Manajer Perpustakaan Dickens Library, Secondary School, The British International School
Status: Menikah
Nama Pasangan: Billy D. Latuputty
Nama Anak: Theofani Filia Latuputty dan Yosua Nathanael Latuputty
Pendidikan: S2 Ilmu Informasi dan Perpustkaan, FIKOM, Universitas Padjadjaran;
S1 Jurusan Ilmu Perpustakaan, FSUI (sekarang FIB) UI
Hobi: Traveling, Wisata Kuliner, Foto-foto, Menulis

Beberapa bulan internship di Dickens Library memberikan saya banyak pegalaman baru. Melalui Mbak Hanna, saya jadi mengenal literasi informasi terutama program literasi informasi pada perpustakaan sekolah yang Mbak Hanna terapkan pada siswa British International School. Saya juga bertemu Alumni Ilmu Perpustakaan UI lainnya yang bekerja disana yaitu Bang Dape dan Mbak Cino. Selain itu, ada juga pustakawan Dickens Library lainnya seperti Bang Budi dan Ibu Endang. Pengalaman internship disana memang menyenangkan dan saya pun mengajak teman-teman JIP UI lainnya untuk ikut internship juga.

Internship disana memberikan saya inspirasi terutama ketika melihat bagaimana Mbak Hanna menikmati pekerjaannya. Saya tidak habis pikir bagaimana bisa menjadi seorang ibu rumah, manajer perpustakaan, sekaligus Ketua APISI. Wah, saya yang masih mahasiswa ketika itu menjadi kagum dengan Mbak Hanna.

Pada suatu kesempatan saya menghubungi Mbak Hanna karena rasa penasaran saya dengan cerita bagaimana masa-masa kuliahnya dahulu. Beruntung Mbak Hanna mau berbagi cerita dengan kita. Berikut ini ulasannya:
1. Dahulu bisa masuk Jurusan Ilmu Perpustakaan bagaimana ceritanya Mbak?
Orang yang memperkenalkan saya dengan JIP adalah tante saya, Ibu Erna Wattimena. Waktu itu, beliau sedang ambil S1 Jalur khusus di JIP UI, pas saat saya lulus SMA. Sebetulnya nggak niat banget mau kuliah S1. Pengennya ambil Diploma biar bisa langsung kerja gitu. Makanya ndak ada persiapan ikut les-les tambahan atau try out. Waktu teman-teman try out, saya malah main ke sana kemari. Waktu SMA saya ambil jurusan A4 alias Bahasa, nggak pernah nyesel ambil jurusan itu. Kerjaannya baca buku sastra dan main drama. Hal yang berkesan saat itu adalah, matematika pilihan ekstrakurikuler saya hahaha
Iseng-iseng saya mengikuti anjuran tante saya, yang saya panggil Mama Erna- dengan mengikuti UMPTN. Masih nggak percaya sama Jurusan Ilmu Perpustakaan, saya jadikan jurusan ini sebagai pilihan ke dua. Pilihan pertama saya Sastra Inggris, UGM, Yogyakarta disertai doa supaya saya bisa kuliah di Yogya. Saat pengumuman, ternyata saya masuk JIP UI. Tuhan bilang, saya pantesnya masuk UI..hehe

2. Apa suka dukanya kuliah dan jadi alumni di JIP UI?
Kalau boleh berterus terang, saya berasa kuliah sebagai kegiatan sampingan dan kegiatan utamanya adalah berorganisasi di kampus. Untungnya, teman-teman seangkatan pada baik-baik suka update saya dengan perkembangan perkuliahan. Kuliah waktu itu, saya tidak pernah punya buku teks. Selalu fotokopi. Pelajaran-pelajarannya, abstrak buat saya. Bayangan akan seperti apa pustakawan itu, nggak ada sama sekali. Apalagi waktu itu organisasi profesi tidak semarak seperti sekarang (tahun 2014).
Tujuan utama, yang penting lulus saja. Ujian kompre, sempet nggak lulus, jadi harus diulang. Akhirnya, 6 tahun kuliah di JIP UI, lulus juga ..horeeeee!

3. Ada kenangan khusus waktu kuliah?

Diajak bu Binny bantu-bantu di tempat kerjanya dan dikasih ongkos seadanya hahaha…ikutan penelitian Pak Putu, mewawancarai jurnalis (pengalaman penelitian) ke beberapa kantor majalah dan surat kabar…ikutan aktif di senat…maen sama temen-temen kuliah dan jalan-jalan bareng mereka. Kuliah sama Pak Blasius di PDII LIPI, naik bis padet-padetan, pas turun, sepatu rusak sebelah. Wah… akan terus panjang ceritanya

4. Bagaimana ceritanya sampai bisa sukses dengan APISI?
Setelah beberapa tahun bekerja, ada rasa ‘kurang’ karena tidak adanya komunitas sesama profesi pustakawan sekolah. Diawali dengan beberapa kawan dari perpustakaan sekolah yang juga merasakan hal yang sama, maka pertemuan-pertemuan selanjutnya direncanakan, hingga terbentuknya APISI tahun 2006. Organisasi bergerak terus karena fokus pada suatu inisiatif yang jelas yaitu literasi informasi. Promosi best practice dalam pengelolaan perpustakaan sekolah juga merupakan hal lain yang dilakukan. Berkat jaringan dan kerjasama secara nasional dan internasional dengan lembaga terkait, pergerakan memajukan profesi pustakawan sekolah terus digalakkan.

5. Apa Visi atau pencapaian ke depannya untuk kehidupan pribadi dan pekerjaan?
Pengen banget jadi Profesor khusus perpustakaan sekolah dan menjadi konsultan untuk pengembangan profesi dan kepustakawanan sekolah..(kayaknya ini yang disebut menggantungkan cita-cita setinggi langit hehe)

6. Bagaimana peran keluarga dalam karir Anda?
Mereka sangat mendukung dan memahami kesibukan berorganisasi. Meskipun demikian, perlu juga menjaga keseimbangan waktu untuk organisasi dan keluarga. Balance, is the most important thing when you have many things to do and lots to achieve.

7. Siapa saja orang-orang yang menginspirasi sejauh ini?
Orang-orang yang menginspirasi saya para dosen-dosen kuliah saya baik di S1 maupun S2. Namun yang paling menginspirasi adalah anak-anak saya, Fia dan Yosua serta para siswa di sekolah lainnya. Bagaimana caranya nanti mereka bisa mandiri, bertanggung jawab dan cerdas dalam menjalani kehidupan yang lebih baik, berbekal keterampilan literasi informasi yang mereka dapatkan di sekolah saat mereka mengikuti pendidikan formal.

8. Tips atau pesan untuk mahasiswa JIP?

Saat ini, sudah banyak asosiasi profesi dari beragam jenis perpustakaan. Ada baiknya ikut ambil bagian dalam organisasi profesi ini, dan belajar dari dalamnya. Sambil menentukan minat bidang pekerjaan yang bisa di eksplore saat lulus nanti. Jadi, selain berteori, pelajari juga praktiknya langsung.

Berorganisasi, itulah nasihat dari Mbak Hanna. Berorganisasi dapat dilakukan di dalam kampus maupun di luar kampus. Berorganisasi tidak hanya dilakukan saat kita kuliah dan berhenti ketika kita lulus kuliah. Saat ini sudah banyak komunitas, jejaring perpustakaan, dan organisasi profesi yang dapat kita jadikan sebagai wadah. Dengan berorganisasi perpustakaan dapat lebih mudah menjalin kerjasama. Melalui organisasi, pustakawan dapat meningkatkan kompetensinya, menyalurkan kemampuannya dalam cakupan yang lebih luas sebagai aktualisasi diri dan mengasah kepekaan sekitar. Kita dapat melihat bahwa kebiasaan Mbak Hanna berorganisasi sejak masa kuliah akhirnya membawa Mbak Hanna berkiprah bersama APISI. Kita berharap APISI dapat semakin eksis agar kedepannya dunia kepustakawanan sekolah semakin bergairah karena memiliki banyak profesional informasi sekolah yang berkompeten melalui pengembangan diri secara terus menerus. Aamiiin….

Bacaan Lanjutan
Web resmi Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI). http://apisi.org/ (Diakses pada 18 Juni 2014)

Library Rockstars: Arie Nugraha Sang Penulis Kode Senayan SLiMS

Mencoba menulis tentang tokoh inspiratif yang satu ini, pikiran saya terlempar jauh kembali pada masa kelas 3 SMA dulu. Pada saat mengikuti bimbingan belajar (Bimbel) merupakan saat pertama saya mengenal Jurusan Ilmu Perpustakaan. Jelas bukan Fitri Tropica (Fitrop) yang biasa wara-wiri di Indonesia Lawak Klub (ILK) sebagai anak Bimbel itu yang mengenalkan saya dengan jurusan ini. Pembimbing saya di Bimbel menjelaskan tentang Jurusan Ilmu Perpustakaan dan yang paling saya ingat adalah penjelasan bahwa jurusan ini mempelajari juga Komputer. “Ah paling belajar Microsoft Office dan dasar-dasar komputer seperti yang lainnya aja” pikir saya saat itu.

Singkat cerita masuklah saya di jurusan atau program studi ini, Ilmu Perpustakaan. Penjelasan mengenai adanya kuliah tentang komputer dari pembimbing Bimbel saya dulu tidak terlalu saya gubris. Saya suka komputer juga untuk bermain game seperti Counter Strike, Warcraft DOTA, Ragnarok, Winning Eleven, Football Manager saja. Sampai pada akhirnya saya bertemu dengan Alumnus bernama Arie Nugraha yang pada saat itu menjadi asisten dosen.

Bang Arie, begitu kami biasa menyapanya. Bang Arie mengajar kami untuk praktikum beberapa matakuliah yang ada hubungannya dengan komputer. Setelah mengenalnya, kami mengetahui bahwa skripsinya tentang program komputer untuk perpustakaan. Saya pun kagum ketika tahu bahwa Bang Arie meluncurkan suatu sistem automasi perpustakaan bernama Senayan (sekarang dikenal juga dengan nama SLiMS/Senayan Library Management System). Bang Arie membangun Senayan bersama Tim yang diantaranya ada Hendro Wicaksono dan Wardioyono untuk digunakan di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional pada masa kepemimpinan Wien Muldian (pada saat itu dikenal dengan branding Library@Senayan). Hal ini membuat saya teryakinkan bahwa ada pustakawan dan lulusan ilmu perpustakaan yang mampu menguasai ilmu komputer sampai taraf membuat program atau software komputer.

Arie Nugraha
Arie Nugraha

Nama Lengkap: ARIE NUGRAHA
Nama Panggilan: ARIE
Tempat, Tanggal Lahir: JAKARTA, 6 Desember 1982
Pekerjaan: DOSEN
Status: MENIKAH
Nama Pasangan: CAMELIA
Nama Anak: ALYA BAKHITA
Pendidikan terakhir: Magister Teknologi Informasi
Prestasi: Juara 1 kategori Open Source di Indonesia ICT Award 2009
Hobi: Video Games, Hardware PC

Kemampuan programming yang dimiliki Bang Arie pada saat itu merupakan hasil belajar otodidak. Saya pun jadi terinspirasi untuk ikut mempelajari komputer lebih jauh. Saya dan teman-teman kuliah pada saat itu mendirikan komunitas “JIP IT Community” sebagai wadah belajar teknologi informasi. Meskipun tidak banyak pelajaran yang mampu saya serap dalam komunitas ini, namun cukup bagi saya untuk dapat lolos dalam matakuliah yang berkaitan dengan teknologi informasi.

Ada cerita lucu yang saya alami berkaitan dengan Bang Arie dan JIP IT Community. Hampir setiap ada ujian praktikum komputer yang diajar oleh Bang Arie, banyak teman mahasiswi kami menjadi panik. Aneh rasanya karena Bang Arie mengajarkan kami dengan metode step by step secara perlahan dan jelas namun masih saja ada yang tidak mengerti. Usut punya usut, ternyata mereka mengaku tidak konsentrasi dalam pelajaran karena konsentrasinya malah terfokus pada dosennya, Bang Arie. Pada saat inilah biasanya teman-teman JIP IT Community (hampir semuanya pria) yang dikerumuni mahasiswi untuk minta diajari untuk ujian. Bagi-bagi rezeki nih Bang Arie namanya, semoga rezekinya dilipatgandakan Allah SWT. Aamiiiin… 🙂

Pada satu kesempatan, saya coba menghubungi Bang Arie untuk menanyakan beberapa pertanyaan. Berikut ini merupakan hasil wawancara saya bersama Bang Arie:
T: Dahulu bisa masuk Jurusan Ilmu Perpustakaan bagaimana ceritanya?
J: Dapet info dari alumni SMA waktu ikut bimbingan tes, tertarik karena jurusannya tidak umum dan pastinya lapangan pekerjaannya masih luas (waktu itu).
T: Apa Suka duka kuliah dan jadi alumni di JIP UI?
J: Suka-nya banyak belajar ilmu baru yang unik dan ternyata sangat bermanfaat, duka-nya kalau dapet nilai jelek pas ujian hehehee
T: Ada kenangan khusus waktu kuliah?
J: Ada, satu kelas dimarahin keras sampe bengong sama dosen karena salah ngertiin tugas hahahaa
T: Bagaimana ceritanya sampai bisa sukses dengan SLiMS?
J: Yang pasti semua hasil dari kerja keras yang dirintis sejak masa perkuliahan. Waktu kuliah hobi pemrograman mulai dari yang sederhana yaitu HTML, sampai PHP. Mulai tahun 2007 bersama Hendro Wicaksono merintis SLiMS hingga menjadi sekarang adalah hasil dari pengalaman, pemikiran dan sumbangan ide dan semangat dari komunitas SLiMS yang setia 🙂
T: Visi atau pencapaian ke depannya apa nih Bang? untuk pribadi dan pekerjaan
J: Pribadi: mau menjadi orang yang lebih baik dan tentunya lebih bermanfaat untuk orang banyak
Pekerjaan: ingin mengembangkan ilmu perpustakaan di Indonesia di bidang teknologi dan penelitian lebih jauh agar semakin terasa kebermanfaatanya
T: Bagaimana peran keluarga dalam karir Bang Arie?
J: Keluarga adalah nomor satu, mereka adalah pendukung pertama agar kita menjadi orang yang berusaha lebih baik, dan mereka adalah tempat kita untuk menyandarkan kepala ketika kita lelah dengan pekerjaan.
T: Siapa saja orang-orang yang menginspirasi Bang Arie?
J: Linus Torvalds
Richard Stallman
Tim O’Reilly
Jenderal Sudirman
Bung Tomo
Presiden Soekarno
T: Tips atau pesan untuk mahasiswa JIP?
J: Tak kenal maka tak sayang, belajar dengan baik semua ilmu yang diajarkan di kampus, pahami dan dalami, dan kalian akan menemukan “harta karun” di dalamnya 🙂

Sobat, sudahkah kalian menemukan harta karun tersebut? Tidak mudah memang untuk menjadi seseorang yang mampu melihat peluang dalam kesulitan. Maksudnya bukan copet yang mengambil kesempatan dalam kesempitan lho tetapi menjadi seorang yang visioner dan memiliki jiwa enterpreneurship. Langkah awalnya? seperti yang disarankan oleh Bang Arie yaitu kenali, pahami, dan dalami dahulu ilmu yang kalian pelajari. Bukan merupakan sebuah kebetulan bagi kita dapat belajar di jurusan ilmu perpustakaan dan tugas kita masing-masinglah untuk memberi arti dari kejadian tersebut.

Bang Arie telah membuktikan bahwa pustakawan dan lulusan ilmu perpustakaan juga mampu menguasai kemampuan programming software komputer. Penguasaannya terhadap bahasa pemrograman komputer disalurkannya dengan menulis kode-kode yang membangun software Senayan atau SLiMS untuk diimplementasikan di perpustakaan. SLiMS sudah cukup ternama di kalangan pustakawan Indonesia. Bahkan beberapa waktu lalu Bang Arie diundang ke Amerika dalam acara Code4Lib untuk mempresentasikan tentang SLiMS. Berikut ini aksi Bang Arie (menit 1:16:40) dalam Code4Lib 2014 Conference, Let’s join the revolution with SLiMS!

Referensi
1. Senayan (perangkat lunak).http://id.wikipedia.org/wiki/Senayan_%28perangkat_lunak%29 (Diakses pada 12 Juni 2014 pukul 17:03)
2. Website resmi SLiMS. http://slims.web.id (Diakses pada 12 Juni 2014 pukul 17:03)
3. CODE4LIB 2014 Trip Report – Arie Nugraha. http://code4lib.org/node/522 (Diakses pada 12 Juni 2014 pukul 17:03)
4. Code4Lib 2014 Day One: Afternoon Session. http://www.youtube.com (Diakses pada 12 Juni 2014 pukul 17:03)

Library Rockstars: Sang Pemerhati Kepustakawanan Indonesia

Blasius Sudarsono, nama ini saya kenal pertama kali pada tahun 2010. “Perkenalan” ini terjadi melalui sebuah tulisan berjudul “Perpustakaan Dua Titik Nol: Pengantar Pada Konsep Library 2.0” untuk keperluan penulisan skripsi saya. Pada saat itu, sosok Blasius Sudarsono yang terbayangkan di benak saya adalah seorang pustakawan muda, gagah dan energetic, hi-tech, cerdas, dan suka berbagi ilmu melalui menulis. Kesempatan bertemu dengannya baru terjadi pada tahun 2012 pada acara Kuliah Umum Terbuka yang digelarnya untuk pertama kali di PDII-LIPI.
Pada saat itu, alangkah terkejutnya saya. Ternyata sosok Blasius Sudarsono yang saya lihat mengisi acara tersebut adalah seorang pria bertubuh kecil dengan rambut yang sudah berwarna putih karena usia. “Kecele sama nama Blasius-nya dan topik library 2.0 yang ada di Visi Pustaka nih gw” pikir saya saat itu. Kesan saya terhadap sosok Blasius Sudarsono yang pertama kali saya lihat langsung setelah sebelumnya hanya dapat membayangkan melalui tulisannya pun berubah. Dari sosoknya yang kecil itu, saya dapat melihat kedalaman ilmu dan kebijaksanaan yang dimilikinya.
Fakta-fakta menarik yang mengejutkan berikutnya pun saya ketahui. Acara Kuliah Umum Terbuka ini merupakan rangkaian acara menjelang hari purna tugasnya. Pak Dar atau Pak Blas, begitu kini saya mengenalnya, pensiun sebagai Pustakawan Utama PDII-LIPI pada tanggal 1 Maret 2013. Acara tersebut dijadikan sarana berbagi pengalamannya selama menjadi pustakawan. Fakta berikutnya, ternyata Pak Dar pernah mengajar di Jurusan Ilmu Perpustakaan UI (atas permintaan Ibu Somadikarta, sejak 1981 – 1996) dan fotonya sering saya lihat terpampang di Laboratorium Perpustakaan JIP-UI.

kolordwijo-blasiussudarsono
kolordwijo-blasiussudarsono

Nama : Blasius Sudarsono
Lahir : 02 Februari1948
Pekerjaan: Pemerhati Kepustakawanan Indonesia (Pensiunan Pustakawan Utama PDII-LIPI)
Status : Menikah
Isteri : Maria Tatiek Hardiyati Sudarsono (almh.)
Anak : Bhenadetta Pravita Wahyuningtyas
Alamat : Jalan Tengah RT 001 RW 09, Kalurahan Kampung Tengah, Kecamatan Kramatjati, Jakarta.
Pendidikan :
1) Bachelor of Sciences in Physics equiv UH, USA
2) Master of Library Studies, GSLS UH, USA
Dari pidato kepustakawanan yang berjudul “Memaknai dokumentasi” yang dibawakan pada tanggal 28 Februari 2013 sebagai memori akhir masa tugasnya, saya mengetahui bahwa sesungguhnya dunia kepustakawanan bukanlah cita-cita dari Sarjana Muda Ilmu Fisika FIPA UGM ini. Kegalauan-kegalauan pun pernah dialaminya sebelum akhirnya memilih dunia kepustakawanan sebagai panggilan hidupnya. Wawancara dengan Direktur PDIN saat itu, Ibu Luwarsih Pringgoadisurjo, M.A. membuat dirinya merasa dibutuhkan dan memiliki harapan dalam bidang kepustakawanan. Hal ini akhirnya membawa Pak Dar memulai tugasnya pada tanggal 1 Agustus 1973 di Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional. Dalam masa-masa tugasnya sebagai pustakawan, Pak Dar melanjutkan studinya di bidang ilmu perpustakaan, menghasilkan tulisan-tulisan, berkarya dalam dunia kepustakawanan, serta berbagi ilmunya kepada orang lain. Kini, Pak Dar dikenal sebagai salah satu begawan kepustakawanan Indonesia. Penghargaan Live Time Achievement pun diberikan kepadanya dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada tahun 2013.
Secara pribadi, saya mengenal Pak Dar sebagai sosok yang mengayomi, ramah, bijaksana, juga narsis dan belagu. Diskusi-diskusi bersama Pak Dar akan banyak membahas mengenai “Why to do” ketimbang “How to do”. Meskipun dirinya sering mengatakan “I am just a simple librarian” nyatanya memahami jalan pikir Pak Dar bukanlah hal yang simple. Bagi Pak Dar, hidup itu harus dijalani, dinikmati, namun tetap bereksperimentasi.

“Kiranya kita perlu menjalani hidup di antara dua ujung yang bukan rencana kita itu dengan ikhlas, berusaha memahami, menyenangi, serta mengembangkannya, agar hidup kita menjadi bermakna bagi sesama manusia. Demikian juga hidup yang saya jalani sebagai pustakawan selama ini. Saya berusaha menerima secara ikhlas, juga berusaha memahami, menyenangi, dan mengembangkannya. Pada gilirannya juga mengupayakan agar bermanfaat bagi nilai kemanusiaan. Selama ini saya hidup dalam rumah pustaka, bernafas dalam udara rumah itu, menjaga rumah itu, dan mendapatkan nafkah hidup juga karena tugas itu.” (Sudarsono, 2013:5-6)

Sebagai pustakawan Pak Dar memiliki kepedulian yang besar terhadap dunia kepustakawanan Indonesia. Oleh sebab itu, setelah menjadi pensiunan pustakawan pun Pak Dar lebih senang disebut sebagai Pemerhati Kepustakawanan Indonesia. Menurutnya, profesi pustakawan di Indonesia masih dalam keadaaan belum beruntung namun pustakawan tidak boleh pasrah.

“Pustakawan sebagai profesi harus benar mampu menunjukkan kinerjanya dan mutu kerjanya. Oleh karena itu kompetensi dasar yang telah diperoleh dari pendidikan harus selalu ditingkatkan melalui kesadaran pribadi melakukan Continuing Professional Development (CPD), atau Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB).” (Sudarsono, 2012:119)

Dalam beberapa kesempatan, saya sempat bertemu dan berdiskusi dengan Pak Dar. Berikut ini salah satu perbincangan saya dengan Pak Dar mengenai dirinya:
T: Dahulu kuliah di Jurusan Ilmu Perpustakaan bagaimana ceritanya Pak?
J: Saya masuk sekolah perpustakaan karena ditugaskan lembaga tempat kerja saya Pusat Dokementasi Ilmiah Nasional (sekarang PDII-LIPI)

T: Ada kenangan khusus waktu kuliah dahulu?
J: Kenangan khusus waktu kuliah adalah di GSLS UH, USA menjadi masa kuliah yang paling menyenangkan. Buat saya, ternyata studi perpustakaan tidak sesukar Ilmu Fisika.

T: Bagaimana cerita kiprah Anda dalam dunia perpustakaan?
J: Awalnya saya itu “terpaksa”, namun saya sadar bahwa kenyataanya saya bekerja dalam dunia dokumentasi (perpustakaan). Saya hanya ingin membuktikan (menunjukkan) kemampuan diri saya saja. Jika sebelumnya saya bekerja di laboratorium fisika dasar saya bisa, masa saya bekerja di perpustakaan tidak bisa?
Saya memang direkrut PDIN untuk menyiapkan komputerisasi PDIN. Saya mulai belajar pemrograman FORTRAN IV pada tahun 1974 di ITB. Ironinya walaupun saya menguasai permasalahan komputer pada waktu itu, PDIN belum mampu memiliki komputer. Pengetahuan komputer saya, bertambah saat belajar di USA. Saya melakukan studi banding atas 15 instalasi komputer terbesar di USA antara lain : Univ California Berkeley, Stanford University, IBM Palo Alto Research Center, University of Chicago, John Crerar Library, OCLC, Chemical Abstracts, Batelle Memorial Laboratory, Library of Congress, National Library of Medicine, National Library of Agriculture, Engineering Society Library, New York Public Library, dan United Nations Library and Documentation Center.
Sekembali di Indonesia pada Tahun 1979, ternyata PDIN juga belum mampu mengadakan peralatan komputer. Dengan kemampuan saya di bidang komputer, sebenarnya saya dibujuk teman yang menjadi salah satu Direktur di IBM Indonesia untuk bergabung di IBM Indonesia. Hanya karena saya tidak mau disebut sebagai tidak bertanggungjawab maka saya tetap di PDIN.
PDIN baru bisa mengadakan Komputer HP 3000/40 pada Tahun 1983. Itu adalah komputer klas mini (bukan main frame). Komputer PC belum ada. Itu adalah instalasi komputer untuk pekerjaan dokumentasi yang pertama di Indonesia. Sejak itu saya memimpin program komputerisasi di PDIN. Ikut memikirkan konsep Ipteknet yang dicetuskan oleh Ibu Luwarsih pada 1986. Ipteknet menjadi salah satu awal pembangunan jaringan komputer di Indonesia sebelum merebaknya Internet.
Puncak pencapaian program komputerisasi di PDI-LIPI adalah ekspose (pemaparan) sistem yang kami bangun kepada Kepala Negara (Waktu itu Presiden Suharto). Ekspose itu dilakukan dalam rangka peresmian Gedung Perpustakaan Nasional Salemba. Saya perlihatkan kepada presiden bagaimana akses melalui jaringan telepon dari Perpustakaan Nasional di Salemba ke Pusat Komputer PDII-LIPI Jalan Gatot Subroto. Oleh Ibu Mastini (Kepala Perpustakaan Nasional yang pertama) disampaikan kepada Presiden bahwa Perpustakaan Nasional juga memerlukan komputer dan mohon ijin untuk pengadaannya. Jika tidak salah ini terjadi pada Tahun 1989.
Tahun 1990, saat saya berusia 42 tahun, saya menggantikan Ibu Luwarsih Ringgoadisurjo sebagai Kepala PDII-LIPI sampai Tahun 2001. Dalam menjalankan kepemimpinan inilah saya kemudian tidak lagi terlibat pada pekerjaan teknis. Saya mulai lebih memikirkan pada tataran kebijakan nasional maupun relasinya dengan internasional di bidang dokumentasi, perpustakaan dan jasa informasi. Meski pertanyaan tentang filsafat kepustakawanan telah saya lontarkan sejak 1988, dan pertama kali secara resmi pada Rapat Kerja IPI di Semarang 1991, namun saya baru bisa memulai Mata Kuliah Filsafat Kepustakawanan justru di Unpad untuk program magiter baru pada 2003.
Tahun 2001 sampai sekarang saya tetap sebagai pustakawan, dengan pencapaian puncak adalah dalam Jabatan Pustakawan Utama, Pangkat Pembina Utama, Golongan IVe. Selanjutnya saya kan lebih senang disebut sebagai pemerhati kepustakawanan Indonesia. Membangun dan mengembangkan kelompok studi Kappa Sigma Kappa INDONESIA.

T: Visi atau pencapaian ke depannya apa Pak? untuk pribadi maupun pekerjaan
J: Visi ke depan? Suatu saat nanti jika orang mendengar atau menyebut kata “pustakawan” dalam benak mereka terpola kesetaraan dengan kata “budayawan”
T: Bagaimana peran keluarga dalam karir Anda?
J: Keluarga sangat membantu dan memberi kebebasan bagai saya untuk berpikir kritis dan logis.
T: Siapa saja orang-orang yang menginspirasi Anda selama ini?
J: Sukar untuk menyebutnya secara khusus. Inspirasi bagi saya dapat timbul dari lingkungan baik alam maupun manusianya.

Kecintaan Pak Dar terhadap dunia kepustakawanan Indonesia tetap terjaga walau sudah purna tugas. Sebagai pustakawan generasi muda, kita perlu belajar dari semangat dan sikap kritis yang dimilikinya. Seperti yang Pak Dar percayai dan jalani “hidup itu harus dijalani, dinikmati, namun tetap bereksperimentasi.”

Daftar Pustaka

Sudarsono, Blasius dan Rahmawati, Ratih. 2012. Perpustakaan untuk rakyat: dialog anak dan bapak. Jakarta: Sagung Seto.

Sudarsono, Blasius. 2013. Memaknai Dokumentasi: Pidato Kepustakawanan. Jakarta: PDII-LIPI

LIBRARY ROCKSTARS

LIBRARY ROCKSTARS

Kolom ini terinspirasi dari sebuah buku yang sangat menarik berjudul CareerCoach: Rene Suhardonoyang menganjurkan kita untuk mencari role model yg disebut Rockstar dalam karir kita. Semua sosok yang ada dalam page ini merupakan orang-orang yang saya kenal dan memiliki peran besar dalam dunia perpustakaan dan masyarakat. Sehingga saya kategorikan sebagai Library Rockstars dan berharap dapat belajar banyak dari mereka. Semoga artikel ini dapat menginspirasi kita yang berkecimpung di dunia perpustakaan. Intinya saya ingin menunjukkan bahwa ada orang-orang hebat dari Jurusan Ilmu Perpustakaan yang bisa berkontribusi kepada masyarakat lewat jalan mereka masing-masing. Sehingga saya sebagai pustakawan tidak perlu berkecil hati ataupun minder. Sebagian dari tokoh-tokoh tersebut diantaranya adalah Arie Nugraha, Arif Surachman, Blasius Sudarsono, Farli Elnumeri, Hanna Latuputty, Mochamad Ariyo Faridh Zidni, dll.

 

* Terima kasih atas kerjasama dan wawancara para tokoh yang mendukung kolom ini ^^

Library Rockstars: Raja Dongeng dari Ilmu Perpustakaan

Assalamualaykum Wr. Wb.

Kali ini kita akan membahas seseorang yang dahulu dikenal sebagai “Muka Datar” namun kini saya mengenalnya sebagai Raja Dongeng, Spesialisasi Bencana Alam, dan Seseorang yang mengenalkan saya dengan dunia seni theater sewaktu Petang Kreatif FIB UI 2007.

Pertemuan pertama dengan Alumnus JIP UI yang satu ini memang terjadi saat masih menjadi Maba (Mahasiswa Baru). Ketika itu para Maba sedang berjuang meraih gelar “Jurusan paling bergengsi Se-FIB UI” pada acara Petang Kreatif FIB 2007. Dimana Maba dari masing-masing jurusan di FIB UI akan menampilkan suatu pertunjukkan, dan berlatih sampai malam demi memperoleh juara. Tutor kami tidak lain tidak bukan adalah sesosok tinggi cungkring dengan ekspresi muka datar ketika diam dan berubah ekspresif ketika bercerita, kami mengenalnya dengan sapaan Aio.

Di sini saya tidak akan membahas mengenai acara PK FIB UI beberapa tahun lalu itu karena takut membuka luka lama pemeran-pemeran tokoh Gay (yang sedang ngetren saat itu dengan sebutan MAHO – Mahasiswa Homo/ Manusia Homosex) dan tokoh unik lainnya dalam pertunjukkan berjudul JAM3AN tersebut. Saya sendiri berperan sebagai maling yang bertugas dalam lakon “lawakan” bersama kawanan maling kampung. Singkat cerita, pertunjukan yang bertemakan Broadway ini berjalan lancar. Artikel ini akan membahas mengenai Aio sang mentor dan sepak terjangnya dalam dunia nyata.

Aio

Lelaki yang hobi membaca, traveling, dan mendongeng ini bernama lengkap Mochamad Ariyo Faridh Zidni. Ariyo atau Aio, sapaan akrabnya, lahir di Jakarta, 18 Juni 1980. Aio telah memiliki seorang anak bernama Arkashadan Mahesakha Aryanta Zidni dari pernikahannya dengan Febri Sastiviani Putri Cantika. Keseharian Lulusan s1 Ilmu Perpustakaan UI ini bekerja sebagai Pustakawan Freelance, tetap berprofesi sebagai pustakawan walaupun sudah terkenal dalam bidang dongeng.

Saya mengkategorikan Aio sebagai My Library Rockstar karena kontribusinya kepada masyarakat melalui kegiatan mendongeng. Ternyata kegiatan mendongeng yang kini jarang dilakukan orang tua kepada anaknya ini sangat bermanfaat. Salah satunya dapat merangsang minat baca pada anak. Bahkan mendongeng sudah dapat dilakukan sejak anak masih dalam kandungan. Hal ini sudah dirasakan manfaatnya oleh Aio sendiri. Di Perpustakaan kegiatan mendongeng dapat diimplementasikan untuk layanan anak. Tujuannya selain untuk menarik minat anak-anak berkunjung perpustakaan tentu untuk meningkatkan minat baca pada anak.

Dengan kegiatan mendongeng kita akan lebih mudah memperkenalkan anak-anak dengan perpustakaan. Sehingga image perpustakaan yang membosankan bisa kita gerus dari mindset anak-anak. Kita ketahui bersama bahwa salah satu fungsi perpustakaan adalah sebagai sarana rekreasi. Melalui kegiatan mendongeng, perpustakaan mencoba menjalankan fungsi rekreasionalnya.

Manfaat lainnya, mendongeng dapat dijadikan sebagai kegiatan pemulihan pasca bencana bagi anak-anak. Anak-anak korban bencana pastilah mengalami ganguan psikologis atau mengalami trauma akibat musibah yang dihadapinya. Oleh sebab itu, Aio sering mendatangi dan mendongeng untuk anak-anak korban bencana alam, antara lain Tsunami Aceh, Gempa Bantul, Gunung meletus Merapi, Gempa Cilacap. Kegemarannya inilah yang mengantarkannya meraih gelar Spesialis Bencana Alam.

Penasaran mengenal lebih jauh seorang Aio, saya coba mewawancarainya. Terutama berkaitan dengan masa kuliahnya dulu, karena saya percaya sedikit banyak masa-masa kuliah membentuk diri seseorang menjadi seperti sekarang. Berikut wawancaranya:

T: Dahulu bisa masuk Jurusan Ilmu Perpustakaan bagaimana ceritanya?
J: Pilihan sendiri dengan sadar, setelah diminta kakak untuk membaca semua program studi yang kira-kira cocok dengan passing grade, mungkin masuk, gampang cari kerja dan menantang

T:. Apa Suka duka kuliah dan jadi alumni di JIP UI?
J: Suka dukanya kuliah banyak sekali… cuma yang sangat berkesan adalah bisa mengembangkan diri karena prodi ini masih belum banyak yang kenal tapi banyak yang membutuhkan… di kampus dulu bisa memulai merubah gaya anak JIP latihan dan main di petang kreatif sampe bisa menang… trus bikin UIBookFest buat jadi kebanggaan anak JIP dan bisa jadi acara tahunan… setelah itu jadi Alumni bisa jadi kompor berdirinya ILUNI JIP UI… dan sekarang jadi di Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan Indonesia dan jadi dosen tamu (di UI, Psikologi Brawijaya Malang, Petra Surabaya)… JIP itu menantang…

T: Ada kenangan khusus waktu kuliah?
J: Kenangannya adalah PK, JK dan UIBookFest

T: Bagaimana ceritanya sampai bisa sukses dengan kegiatan Ayo Dongeng Indonesia?
J: Alhamdulilah, semuanya karena passion… senang membaca dan senang bercerita… senang mendongeng untuk anak-anak juga… dan senang menyebarkan ilmu mengenai mendongeng… disitulah Ayo Dongeng Indonesia gw bikin… sebelumnya juga sudah bikin yang namanya Reading Bugs Indonesia…

T: Visi atau pencapaian ke depannya apa nih? untuk pribadi maupun pekerjaan
J: Mau lebih aktif lagi ngajar, nerbitin buku, dan bikin dunia dongeng lebih heboh lagi di Indonesia…

T: Bagaimana peran keluarga dalam karir Anda?
J: Sangat penting, karena semangat dan inspirasi itu datang tak jauh… datang dari keluarga sendiri

T: Siapa saja orang-orang yang menginspirasi Anda selama ini?
J: Pak Raden, Nyokap, Bokap, Istri dan Anak… Keluarga dan Teman2 juga

T: Tips atau pesan untuk mahasiswa JIP?
J: Tipsnya adalah… jangan diam, jadilah luar biasa… ingat aja, apa arti kita di hidup ini? jadi, berbuatlah..

Wawancara ini sangat menginspirasi bagi saya, rasanya seperti ditantang untuk “berbuatlah”. Satu konsep yang saya tangkap dari Aio bahwa seorang individu juga dapat memberikan “CSR” kepada masyarakatnya. Andai saja masing-masing warga negara Indonesia mau “berbuat” seberapa pun besarnya itu atau minimal tidak menjadikan dirinya part of problem untuk negara ini mungkin Nusantara akan berjaya.

Tidak heran kalau Aio pernah lalu lalang di media-media masa seperti acara Kick Andy dan koran Jakarta Post
http://m.thejakartapost.com/news/2013/01/18/ariyo-stories-empowerment.html. Pada tahun 2011 Aio juga menjadi Indonesia Young Change Maker dan diundang menjadi pendongeng dan pengisi workshop dongeng dari Indonesia di Festival Dongeng di Penang Malaysia. Sedikit bocoran, Aio berencana mengadakan sebuah Festival Dongeng tingkat Internasional pada tahun 2013 ini. Wah wah… Tertarik bergabung? silahkan saja hubungi Aio melalui @aiodongeng. Semoga bermanfaat