Arsip Kategori: Peristiwa

Kita Sedang Belajar Mengapresiasi Imajinasi

kolordwijo wien muldian

Rekan-rekan, dalam hitungan jam, kisah puisi berbuah serbet memenuhi halaman2 beragam sosial media, dan memunculkan beragam imajinasi yang mengikutinya. Pernah kah terlintas kalau ini terjadi, mungkin karena kekeliruan kita juga.

Pernah kah kesenangan kita akan puisi juga menjadi kebahagian banyak orang, yang kemudian menjadikan para pihak respek dan memahami bentuk2 apresiasi yang tepat dan positif?

Kegagalpahaman panitia lomba seni dan sastra di Banten ini berarti kegagalan kita juga mengenalkan puisi sebagai karya cita rasa dan estetika kepada banyak khalayak.

Jangan buat tak berkutik rombongan panitia dengan runtutan pertanyaan dan tuduhan. Coba lah rangkul mereka, berikan mereka kesempatan bersama kita untuk mengapresiasi puisi, dalam bentuk menuliskan dan membacakannya dengan puitis.

Kenalkan mereka beragam kosa kata yang penuh makna dan bahagia. Ajak mereka masuk dan memahami dunia fiksi, dan kemudian sastra, dengan sekian banyak buku baik yang menjadi karya dan koleksi kita.

Yuk mulai sekarang ajak siapa pun mengapresiasi karya seni, sastra dan produk budaya lainnya dengan kesungguhan yang kemudian menjadikan hidup kita lebih bermakna.

Setiap kita pasti nya mengapresiasi karya cipta, peristiwa dan prestasi dengan berbeda-beda. Jangan lah dipertentangkan, tapi mulai lah belajar bersama dan saling memahami bahwa imajinasi itu memerdekakan…

Meruya, 3 Mei 2018. 12:34 am

~Wien Muldian
pembaca pustaka & pegiat literasi

https://www.bantennews.co.id/miris-pemenang-lomba-baca-puisi-hardiknas-pemprov-banten-cuma-dapat-serbet/

Iklan

Grup Telegram Mahasiswa & Alumni Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia

Jum’at, 27 April 2018 terbentuklah sebuah Grup Telegram yang berisikan mahasiswa dan alumni Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Library and Information Science) di Indonesia. Aplikasi Telegram dipilih karena mampu menampung anggota dalam jumlah sangat banyak dalam satu grup. Grup ini telah di-setting menjadi Super Group sehingga cukup untuk 100.000 anggota. Di samping itu, ada juga alasan keamanan dan kecanggihan aplikasi Telegram yang lebih baik dibandingkan WA Group.

kolordwijo Indonesia LIS Telegram Group

Sejauh ini, anggota Grup Telegram mahasiswa dan alumni Library and Information Science baru ada 83 anggota dari berbagai Universitas di Indonesia. Kurang populernya aplikasi Telegram di Indonesia menjadi salah satu kendala. Sebelum bergabung, calon anggota perlu menginstal aplikasi Telegram terlebih dahulu. Aplikasi ini dapat diperoleh melalui halaman website Telegram dan dapat dijalankan pada Mobile Apps (Android, iPhone, Windows Phone, & Firefox OS), Desktop Apps (Windows, Mac, Linux, & macOS), dan Web Apps (Telegram Web-version & Chrome app).

Teman-teman mahasiswa dan alumni Library and Information Science di Indonesia yang ingin bergabung Grup Telegram ini silahkan klik tautan berikut ini: https://t.me/joinchat/FBUG-A_5WaSpUHnps-7hCg

Semoga Bermanfaat.

Dwijo

Bangkit dari Kubur eh… Facebook!!

Bangkit dari Kubur Facebook!!

Inilah gambaran “PETISI: Hentikan Tradisi Kebijakan Penempatan Pegawai Bermasalah di Perpustakaan”. Gerakan ini berawal dari rasa “Prihatin” Pak SBY Pustakawan terhadap kasus “Guru Pemukul Siswa Dibebastugaskan Mengajar” di SMPN 26 Purworejo yang diberitakan oleh Harian Suara Merdeka, 18 Maret 2012 dan “Guru Penganiaya Siswa Dipindah Tugas ” SMP Negeri 79 Jakarta, seperti yang dimuat di Koran Tempo pada tanggal 19 Januari 2009. Kedua kasus ini memiliki kesamaan dalam penanganannya yaitu dengan “menghukum” pegawai bermasalah tersebut menjadi petugas perpustakaan sekolah.

Kedua kasus tersebut akhirnya direspon oleh Pustawan dan Pekerja Informasi dengan membuat sebuah Grup Facebook bernama “Solidaritas Pustakawan Tolak Penempatan Pegawai Bermasalah di Perpustakaan” (solidaritaspustakawanindonesia@groups.facebook.com). Di grup yang didedengkoti oleh Subhan Ahmad, Hanna ‘Kathy’ LatuputtyWibowo Purnomohadi, dkk. inilah pustakawan menyatukan suara dan membahas masalah ini.

Akhirnya kalangan dari berbagai asosiasi pustakawan, lembaga-lembaga pendidikan Ilmu Perpustakaan & Informasi, lembaga-lembaga Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Khusus dari berbagai daerah di Indonesia serta pustakawan-pustakawan dari berbagai penjuru Nusantara bersama Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) sebagai lembaga pengembangan kepustakawan sekolah Indonesia menyampaikan keberatan terhadap kebijakan-kebijakan penempatan pegawai bermasalah di perpustakaan karena telah memberi citra buruk bagi perpustakaan sekolah sebagai tempat penghukuman. Rasa Berkeberatan ini diwujudkan dengan lahirnya “PETISI: Hentikan Tradisi Kebijakan Penempatan Pegawai Bermasalah di Perpustakaan”. Dengan lahirnya PETISI ini, diharapkan kasus-kasus serupa tidak terjadi lagi di sekolah-sekolah lain maupun di semua jenis perpustakaan di Indonesia pada masa yang akan datang.

Selain itu, agar kasus pencorengan citra perpustakaan ini tidak terulang lagi pihak sekolah/instansi pendidikan haruslah memahami fungsi perpustakaan sekolah serta standar perpustakaan sekolah sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 25 Tahun 2008.

Isi Petisi bisa dilihat disini: http://kolordwijo.wordpress.com/2012/04/12/petisi-hentikan-tradisi-kebijakan-penempatan-pegawai-bermasalah-di-perpustakaan/

Kolordwijo: Mas Bro Admin, Bukannya hal ini sudah terjadi turun temurun diberbagai instansi?

Admin: Yang ane tau sih gitu Jo. Kalo pegawai (negeri/swasta) yang udah tinggal menunggu masa pensiun, bermasalah (kelakuan dan kerjanya) tapi susah mecatnya, punya kasus, dll yang gak bener langsung mutasi ke perpustakaan.

Kolordwijo: Pantes image pustakawan dan perpustakaan gak bagus-bagus. Kalau begitu, sebagai Penghuni Perpustakaan Kolordwijo juga dukung petisinya dan akan meningkatkan citra perpustakaan dengan belajar pencitraan dari para pemimpin!!!

Admin: Halah paling cuma bisa PRIHATIN….

Kolordwijo: -_-”

PETISI: Hentikan Tradisi Kebijakan Penempatan Pegawai Bermasalah di Perpustakaan

Ilustrasi Petisi Pustakawan
Subhan Ahmad
PETISI: Hentikan Tradisi Kebijakan Penempatan Pegawai Bermasalah di Perpustakaan

Untuk kedua kalinya, citra perpustakaan sekolah diperburuk oleh kebijakan penempatan guru bermasalah di perpustakaan sekolah. Kasus terbaru di SMPN 26 Purworejo seperti yang diberitakan oleh Harian Suara Merdeka, 18 Maret 2012 dengan judul “Guru Pemukul Siswa Dibebastugaskan Mengajar”. Dalam berita tersebut Kepala Dinas P dan K Kabupaten Purworejo, menyatakan bahwa guru berinisial Ar yang melakukan penganiayaan terhadap siswa SMPN 26 Purworejo untuk sementara dibebastugaskan dari mengajar dan untuk sementara menjadi petugas perpustakaan. Tahun 2009, kasus yang sama terjadi di SMP Negeri 79 Jakarta, seperti yang dimuat di Koran Tempo pada tanggal 19 Januari 2009 dengan judul “Guru Penganiaya Siswa Dipindah Tugas ”.

Menyikapi kasus-kasus tersebut di atas, kami dari berbagai asosiasi pustakawan, lembaga-lembaga pendidikan Ilmu Perpustakaan & Informasi, lembaga-lembaga Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Khusus dari berbagai daerah di Indonesia serta pustakawan-pustakawan dari berbagai penjuru Nusantara bersama Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) sebagai lembaga pengembangan kepustakawan sekolah Indonesia menyampaikan keberatan terhadap kebijakan-kebijakan penempatan pegawai bermasalah di perpustakaan karena telah memberi citra buruk bagi perpustakaan sekolah sebagai tempat penghukuman.

Kebijakan-kebijakan penempatan pegawai bermasalah di perpustakaan merupakan bentuk kurang pahamnya para pengambil kebijakan di instansi-instansi yang mengelola bidang pendidikan tentang fungsi perpustakaan sekolah serta standar perpustakaan sekolah sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 25 Tahun 2008. Kasus ini, selain memberi citra buruk terhadap perpustakaan sekolah juga merupakan pelecehan terhadap profesi pustakawan.

Kami dari berbagai asosiasi pustakawan, lembaga-lembaga pendidikan Ilmu Perpustakaan & Informasi, lembaga-lembaga Perpustakaan Umum, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, dan Perpustakaan Khusus dari berbagai daerah di Indonesia serta pustakawan-pustakawan dari berbagai penjuru Nusantara bersama APISI berharap di masa mendatang kasus-kasus serupa tidak terjadi lagi di sekolah-sekolah lain serta di semua jenis perpustakaan di Indonesia.

Secara tegas kami menyatakan:

“Hentikan tradisi kebijakan penempatan pegawai bermasalah di perpustakaan!”

Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI)
Alamat Sekretariat APISI
Jl. Dahlia No. 355A Rt 007/15 Serua Ciputat 15414
Telepon: 021- 94326925; 021-818155374; Faks: 021-746 37 522
Email: kotaksurat@apisi.org
Website: http://apisi.org/

Solidaritas Pustakawan Tolak Penempatan Pegawai Bermasalah di Perpustakaan
Ahmad Subhan 081 227 1955 77
lempoxe@yahoo.com
http://www.facebook.com/groups/solidaritaspustakawanindonesia

Petisi ini didukung oleh:

1. AC Sungkana Hadi (Pustakawan Utama Universitas Cendrawasih).
2. Acep Muslim (Pustakawan AKATIGA Bandung).
3. Achmad Djunaedi (Pustakawan PUSTAKA, Bogor).
4. Ade Heri Wibawa (Pustakawan SDN 2 Klampok Banjarnegara).
5. Adi Prasetyawan (Pustakawan UPN Veteran Jatim).
6. Aditya Nugraha (Perpustakaan UK Petra Surabaya).
7. Ahmad Subhan (Pustakawan IRE Yogyakarta).
8. Ahmadul Fajri (Riau).
9. Akhmad Syaikhu (Pustakawan PUSTAKA Bogor).
10. Ali Minanto (Pustakawan PolGov UGM).
11. Amy Lee (Pustakawan SMAN 3 Metro-Lampung).
12. Andang Liestyarini (Ujungberung).
13. Andres Amrulloh, S.Sos. (Bogor)
14. Andya Nur Cahyono (Pustakawan Unindra).
15. Any Fauzianie (Bandung International School).
16. Arie Nugraha (Dosen IP&I UI).
17. Arief Budiman (Alumni IP&I UNPAD).
18. Arif Surachman (Pustakawan FEB UGM).
19. Aris Maulana (Mahasiswa IP&I UI).
20. Arman Kurniadi (Jakarta).
21. Arsidi Ahmad (Pustakawan Sekolah Teladan, Pengurus ATPUSI Yogyakarta).
22. Asbahul Pajri Taslim (Pustakawan Universitas Dehasen Bengkulu).
23. Asep Saeful Rohman (Dosen IP&I UNPAD).
24. Bagus Ramdan (Konsultan Perpustakaan, Bandung).
25. Bambang Murdianto (Ungaran).
26. Bambang Setianto (Bojonegoro).
27. Banu Susanto (Pustakawan UNIMED).
28. Basya Zia (SDIT Luqman Hakim Yogya, Pengurus ATPUSI Kota Yogya).
29. Bayu Setya Pambudi, A.Md. (Yogyakarta).
30. Bondhan Endriawan (Pustakawan Univ. Negeri Trunojoyo Madura).
31. Christina Retno (Pustakawan, Bekasi).
32. Christina Tulalessy (Jakarta).
33. Christine Sadeli (Pustakawan Global Prestasi School, Jakarta).
34. Daud Saputra (Depok).
35. Dewi Apriliani (Bandung).
36. Dewi Puspitasari (Pustakawan UNAIR).
37. Dhama Gustiar Baskoro (Pustakawan UPH).
38. Dicky Ermandara (Sumedang).
39. Didik Witono (Surabaya).
40. Dimas Rizky Prasetio (Librarian Ruang Depan Gallery S.14).
41. Dimas Wahyu Nugroho (Pusat Dokumentasi HAM UBAYA).
42. Dina Isyanti (Pustakawan, Jakarta).
43. Dindin Catur Nur Putrianti (INTI College Indonesia).
44. Djoko Prasetyo (Purwokerto).
45. Dwi Novita Ernaningsih (Pustakawan UM).
46. Elfian Sumendap (Perpustakaan STA Tiranus, Bandung).
47. Elisabeth Sondang (Associate Librarian – JIS).
48. Endang Ernawati (Library and Knowledge Center Bina Nusantara University).
49. Endang Fatmawati (Kepala Perpustakaan FEB UNDIP).
50. Endang Fitriyah (Surabaya).
51. Endang Gunarti (Surabaya).
52. Endhar Priyo Utomo (Semarang).
53. Erizt Putra Kelana (Alumni IP&I UIN Sunan Kalijaga).
54. Etin Sumiyati (Sekretariat Wakil Presiden RI).
55. Evalien Suryati (Salatiga).
56. Fahma Rianti (Pustakawan STEI SEBI Sawangan Depok).
57. Faishal Hidayatullah (Mahasiswa Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro).
58. Firman Edi (ATPUSI Riau).
59. Francisca Messakh (Sekolah Pelita Harapan Karawaci).
60. Galuh Paramita Swasti (Pustakawan UDINUS Semarang).
61. Gamma (Staff Library News TV ONE).
62. Gerri Mulyawandry (Labschool Kebayoran).
63. Halima Bustami (Pustakawan UNJ).
64. Hamid Mahmud Marrancang (Perpustakaan STAIN Parepare).
65. Hanna Latuputty (Pengurus Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia – APISI).
66. Hartanto (Sidoarjo).
67. Hastun Rifa’i (Wonogiri).
68. Hendriyanto (Kulonprogo).
69. Heni Feviasari (Pustakawan STEI Tazkia).
70. Heri Kurniawan (Pustakawan SMAN 1 Lendah Kulonprogo DIY).
71. Heriyanto (Pengajar Ilmu Perpustakaan di Semarang).
72. Herlina (UPT Perpustakaan IAIN Raden Fatah, Palembang).
73. Hertanto Eko, A.Ma.Pust (Pustakawan SD di Kab. Tegal).
74. Hijrah Fitriani (Pustakawan RSUP Fatmawati Jakarta).
75. Hilda Putong (Librarian, Head of Research Center Ssttintim Makassar).
76. I Gede Edy Purwaka (Staf Unit Capacity Development, Yayasan SATUNAMA Yogyakarta).
77. Ika Wulandari (Bandung).
78. Ikatan Alumni Ilmu Perpustakaan dan Informasi Sunan Kalijaga Yogyakarta.
79. Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII).
80. Imam Budi P (Binus Business School Librarian).
81. Imelda Nuralam Pakpahan (Pustakawan di Kementerian Kelautan dan Perikanan)
82. Imron Rosyadi (Pustakawan IAIN Walisongo Semarang).
83. Information Resource Center (IRC) Jakarta.
84. Irma Elvina (Perpustakaan IPB).
85. Irman Siswadi (Pustakawan UI).
86. Ishak Juarsa (Perpustakaan Sumatera Selatan).
87. Iskandar Said (Pustakawan Unhas Makassar).
88. Ismawati Setyaningsih (Pustakawan, Bekasi).
89. Iwan Prasetyo (Jakarta).
90. Iwan Tero (Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara).
91. Jajang Burhanudin (Pustakawan UIN Sunan Gunung Djati Bandung).
92. Jazimatul Husna Arba’i (Pustakawan FTM TL UPN ” V” Yogyakarta ).
93. Joko Bangun Nugroho (Pustakawan SDN Kabuaran, Prb, Kbm).
94. Jumadi (Grobogan-Purwodadi).
95. Jurusan Ilmu Informasi & Perpustakaan Fikom UNPAD.
96. Kalarensi Naibaho (Pustakawan UI).
97. Kemala Widya Paramita (Jakarta).
98. Klub Perpustakaan Indonesia (KPI).
99. Kurnia Utami (Perpustakaan UMS).
100. Latifah Wahyuni (Pustakawan SMPN 7 Magelang).
101. Leilla Claudya (Surabaya).
102. Lenny Florida Sitanggang (Pustakawan Sekolah Medan).
103. Lenti Sitorus (Pustakawan Khusus – Jakarta).
104. Lesdi suryadi said,S.IP, (Pustakawan SMAN 9 Kota Tangerang Selatan).
105. Lilies Fardhiyah (Bogor).
106. Lis Setyowati (FT UNDIP).
107. Lukman Budiman (Bogor).
108. Lulu Lucyana (Jakarta).
109. Luthfianti Makarim (Pustakawan, Jakarta).
110. M. Harfano A (Pustakawan SMP/SMA Sutomo 1, Medan).
111. Mamok Suparmo Paulus (Yogyakarta).
112. Mariyah (Pustakawan UI).
113. Maryani Septiana (Pustakawan Poltek Batam).
114. Maryulisman (Pustakawan UIN Jakarta).
115. Mat Sjafii (Pustakawan Unair).
116. Melkion Donald (Pustakawan Baperpusip Prov. Jatim).
117. Minanuddin (Forum Perpustakaan Khusus).
118. Misbah Munir (Banjarmasin).
119. Mochamad Ariyo Faridh Zidni (Pustakawan Konsultan/Independen/ Jakarta-Bogor).
120. Moh Rif’an SIP (Pustakawan MAN 2 Madiun).
121. Mohamad Aries (Depok).
122. Mohammad Luthfil Hakim (Pustakawan Fak. Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
123. Muhammad Sholihin (Universitas Sebelas Maret).
124. Muhammad Tawwaf, S.IP.M.Si (Pustakawan UIN Suska Riau & Ketua PD IPI Riau).
125. Mujaini (Pustakawan Inspektorat Jenderal Kemenkeu).
126. Munawaroh (Perpustakaan STIE Perbanas Surabaya).
127. Murad Maulana (Pustakawan Bapusda Kab. Indramayu).
128. Muraro Bidami (Mahasiswa IP&I IAIN Raden Fatah Palembang).
129. Murtini Pendit (Pustakawan Senior).
130. Mustika Wati (Jakarta).
131. Musyawarah Kerja Pengelola Perpustakaan Sekolah (MKPPS) Kota Metro-Lampung.
132. Mutri Batul Aini ( Pustakawan Ditjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta).
133. Nasirullah Sitam (Alumni IP&I UIN Sunan Kalijaga).
134. Neni Trisnawati (Bogor).
135. Nina Purwani Istiana (Pustakawan UGM).
136. Nurma Baity Abidin, S.Hum (Perpustakaan SMKN 1 Tengaran, Kab.Semarang).
137. Nurul Hayati (JIP UIN Jakarta).
138. Ola Triana (Mahasiswa Ilmu Informasi & Perpustakaan Fikom Unpad).
139. Perpustakaan American Corners Indonesia.
140. Perpustakaan Antropologi Padjadjaran.
141. Perpustakaan Dbuku (Surabaya).
142. Perpustakaan UNIKOM (Bandung).
143. Prafita Imadianti (Mahasiswa Magister Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia).
144. Prakoso Bambang (Surabaya).
145. Prita Hw (Alumni IIP Unair, Founder Jaringan Insan Baca, Penulis).
146. Puti Asmarani (Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
147. Quraisy Mathar (Dosen Ilmu Perpustakaan UIN Alauddin Makassar).
148. Rahmad Adhi Tama (Depok).
149. Rahmat Saputra (Depok).
150. Ratna Kriswijayanti (Perpusda Kab. Jepara).
151. Reni Siti Zachrani (Pustakawan Balitnak, Bogor).
152. Resty Jayanti Fakhlina (Dosen Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi IAIN Imam Bonjol Padang).
153. Retno Vian Rosika (Pustakawan SMP 8, Kota Batu).
154. Riana Mardina (Pustakawan UKRIDA).
155. Rika Mustikawati, S.Sos (Sukabumi).
156. Rini Yastuti (Semarang).
157. Rosita T (Perpustakaan HITS Tangerang).
158. Rotmianto Mohamad (Pemkab Magetan).
159. Salmubi (Perpustakaan B.J. Habibe Politeknik Negeri Ujung Pandang, Makassar).
160. Samuel Tri Santoso (Pustakawan SMA WARGA Surakarta).
161. Sasadara Manjer Kawuryan (Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang).
162. Sekar Dinihari K. Wardhana (Ichthus School Jakarta South).
163. Shanti Maulani (Mahasiswa II&P Fikom Unpad).
164. Siti Nurningsih (Jakarta).
165. Sri Ati Suwanto (Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UNDIP).
166. Sri Sulastri Prabowo (Bogor).
167. Sri Wulan (Pustakawan Biologi LIPI).
168. Sugeng Wahyu Ariyadi (Pustakawan Baperpusip Prov. Jatim).
169. Sulistiorini (Pustakawan Unair).
170. Sulistyo Basuki (Profesor Ilmu Perpustakaan & Informasi).
171. Supriyadi (Pustakawan STKIP MPL LAMPUNG).
172. Sushanty Chandradewi (Librarian The Japan Foundation, Jakarta).
173. Suzanna Katharina Mamahit (Universitas Ciputra Library).
174. Tan Kayen (Kedungwuni).
175. Tatang Pamungkas (Surabaya).
176. Taufik Hidayah (Pustakawan SMP Negeri 2 Maos,Cilacap).
177. Tri Hardiningtyas (Pustakawan UNS).
178. Trini Haryanti (Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia).
179. Umi Proboyekti (FPPTI DIY).
180. Verina Maria Oktaviane (Pustakawan Majalah SWA).
181. Vivit Wardah Rufaidah (PUSTAKA BOGOR).
182. Wahid Nashihuddin (PDII LIPI).
183. Wasli Andril Fajar (Mahasiswa Ilmu Perpustakaan UNAIR).
184. Wawan Darmawan (Mahasiswa Ilmu Informasi & Perpustakaan UNPAD).
185. Welmin Suharto (Pustakawan Universitas Brawijaya).
186. Wibowo Purnomohadi (Pendiri Grup Republik Pustakawan).
187. Wiji Lestari (Mahasiswi D3 Perpustakaan UNS).
188. Winda Hanifa (Mahasiswa IP&I).
189. Wuri Indri Pramesti (Sumedang).
190. Yanti Kustanti, A.Md., S.Sos. (Pustakawan SMA Negeri 3 Sidoarjo – Jawa Timur).
191. Yanto Dhiya’uddin (Mahasiswa S2 IP&I UIN Sunan Kalijaga).
192. Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI).
193. Yoseva Silaen (Pustakawan Khusus).
194. Yournetty (Pustakawan Perpustakaan Umum LIA).
195. Yuli Asmini (Pustakawan dan Educator Komnas HAM Indonesia).
196. Yulianti Fajar Wulandari (Pustakawan Kementerian Kehutanan RI).
197. Yulianti Sodikin (Pustakawan Fikom Unpad).
198. Yusri Fahmi (Pustakawan STAIN Padangsidimpuan Sumatera Utara).
199. Yustin Ningsih (Jombang).
200. Zulianto Adi (Pustakawan Sekolah Alam Cikeas).

Anglo-American Cataloguing Rules (AACR) Tamat, Resource Description and Access (RDA) Pemenangnya!

Beberapa saat Lalu Saya mendapat berita dari MILIS, isinya tentang pedoman yang biasa digunakan oleh para Pustakawan dalam mendeskripsikan Bahan Pustakanya. Anglo-American Cataloguing Rules (AACR) yang selama ini digunakan sebagai pedoman resmi digantikan oleh Resource Description and Access (RDA). Berikut beritanya:

Hanya sekedar share semoga bermanfaat J

Resource Description and Access atau RDA resmi menggantikan AACR, setelah mulai di implementasikan tahun 2010 oleh perpustakaan di AS, Inggris, Kanada, Selandia Baru, Australia dan akan menyusul Jerman dan Perancis. Negara-negara lainnya di Asia seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, China masih dalam proses persiapan pengimplementasian sistem ini, mungkin termasuk juga PNRI.

RDA dirilis tidak dalam format tercetak seperti AACR tetapi sebagai web-based tools yang didesain untuk kebutuhan dunia digital dan bisa dicustomised sesuai dengan besar-kecilnya perpustakaan, jenis perpustakaan, kebijakan perpustakaan, dll. Meskipun terdapat banyak perubahan signifikan, RDA dibangun di atas fondasi AACR yang telah lama digunakan oleh pustakawan untuk menghasilkan jutaan records di seluruh dunia sejak diterapkan lebih dari beberapa dekade.

Mengapa RDA?
AACR yang selama ini digunakan dibuat berdasarkan pengkategorian jenis bahan pustaka. Dalam AACR ada bab-bab khusus untuk buku, terbitan berseri, sound recording, motion pictures, electronic resources, dll. Struktur masing-masing bab dibuat berdasarkan 8 area yang ada dideskripsikan dalam ISBD. Saat ini, perbedaan jenis pustaka semakin kabur seiring perkembangan teknologi informasi dan multimedia.

AACR dikembangkan di era katalog kartu dan banyak terminologi dalam AACR yang digunakan saat ini masih merefleksikan situasi tersebut, seperti misalnya “heading”, “main entry”, dan “added entry”. Modifikasi istilah sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini dianggap belum cukup untuk menjadikan AACR relevan dengan dunia digital.

RDA dibuat berdasarkan model konseptual Functional Requirements for Bibliographic Records (FRBR), Functional Requirement for Authority Data (FRAD), dan Functional Requirement for Subject Authority Records (FRSAR). Model ini merupakan konsep entities, relationship, and attributes atau metadata yang dikembangkan oleh IFLA.

Model konseptual dipandang lebih relevan di era informasi saat ini karena dapat membantu memahami domain yang digambarkan. Dalam RDA tugas cataloguer antara lain,

1. Mengidentifikasi dan mendefisinikan hal-hal yang penting (entities)
2. Mengidentifikasi dan mendefinisikan hubungan (relationship) antar entities
3. Mengidentifikasi dan mendefinisikan attribute yang merupakan karakter dari entities.

Sebagai contoh untuk relationship antar entities, dalam record RDA cataloguer dapat membuat “The fellowship of the ring” memiliki sequel “the two towers”; atau mendefinisikan Frank Seiberling adalah pendiri Goodyear Tire and Rubber Co.

Struktur RDA
RDA dikelompokan menjadi tiga model konseptual:

I. FRBR atau konsep entitas, terdiri dari
A. Work, core elements:
1. Title of work
2. Date of work
3. Place origin of the work
4. Form of work
5. Other distinguishing characteristic of the work
6. Identifier for the work
7. Medium of performance
8. Dll.
B. Expression, core elements:
1. Date of expression
2. Language of expression
3. Content type
4. Identifier for the expression
5. Accessibility content
6. Illustrative content
7. Form of notation
8. Source consulted
9. Status of identification
10. Dll.
C. Manifestation, core elements:
1. Title
2. Distribution statement
3. Manufacture statement
4. Publication statement
5. Copyright date
6. Carrier type
7. Media type
8. Dimensions
9. URL
10. Preferred citation
11. Note
12. Terms of availability
13. Contact information
14. Restriction on use
15. Restriction on access
16. Production statement
17. Digital file characteristic
18. Mode of issuance
19. Frequency
20. Font size
21. Book format
22. Dll.
D. Item
1. Custodial history of item
2. Immediate source of acquisitions of item
3. Item-specific characteristic
4. Dll.

Istilah work, expression, manifestation, dan item adalah untuk memperjelas istilah membingungkan yang ada di dalam cataloguing rules. Misalnya, ketika kita mendefinisikan “buku” sebagai objek fisik yang merupakan kumpulan kertas terjilid, maka RDA menyebutnya sebagai “item”.

Ketika kita mengatakan buku sebagai jenis bahan publikasi yang berada di toko buku dan memiliki ISBN, RDA menyebutnya sebagai “manifestation”. Ketika kita mendapatkan suatu buku yang merupakan penerjemahan atau variasi dari karya seseorang, RDA menyebutnya sebagai “expression”. Dan ketika kita mengatakan buku sebagai konsep isi yang menjadi dasar bagi karya-karya lain dalam berbagai versi bahasa atau ide-ide seseorang dalam sebuah buku, RDA menyebutnya sebagai “work.”

Bila didefinisikan lebih lanjut, Work adalah karya intelektual atau artistic seseorang yang masih merupakan entitas abstrak. Misalnya LOTR oleh Tolkien. Expression adalah realisasi suatu karya dalam format tertentu, misalnya suatu bahasa. Seperti juga Work, Expression masih merupakan konsep abstrak. Manifestation adalah perwujudan fisik dari expression suatu karya. Misalnya seluruh edisi LOTR di edit oleh Harold Bloom dan diterbitkan Roundhouse tahun 2001. Manifestation direpresentasikan dalam bibliographic record. Sedangkan Item adalah eksemplar dari Manifestation, atau biasa yang disebut sebagai copy.

II. FRAD, terdiri dari
A. Persons
1. Name of the persons
2. Fuller form of name
3. Date associated with the the person
4. Identifier for the person
5. Field of activity of the person
6. Profession or occupation
7. Biographical information
8. Language of the person
9. Gender
10. Affiliation
11. Address of the person
12. Place of birth
13. Place of death
14. Place of residence
15. Source consulted
16. Dll.

B. Families
1. Name of the family
2. Place associated with the family
3. Prominent member of the family
4. Hereditary title
5. Familiy history
6. Dll.

C. Corporate Bodies
1. Name of the corporate body
2. Associated institution
3. Identifier for corporate body
4. Corporate history
5. Number of a conference
6. Dll.

III. FRSAR
A. Concepts
B. Objects
C. Event
D. Places

Perubahan siginfikan lain yang ada di RDA jika dibandingkan pendahulunya, AACR adalah RDA mengkonsultasi pengembangan sistem kategorisasi dengan perpustakaan dan penerbit. Kategorisasi ini akan menghapus istilah GMDs dan SMDs yang digunakan dalam AACR dengan menggantinya dengan tiga elemen terpisah : media category, type of carrier, dan type of content.

Pada RDA penekanan pada relationships juga diutamakan, antara lain:
1. Kaitan antara entitas kelompok FRBR yang terhubung dengan resource
2. Hubungan antar masing-masing karya intelektual
3. Hubungan antara suatu karya dan penciptanya
4. Hubungan antara persons, families, dan corporate bodies.

(diolah dari berbagai sumber)
Salam,
WshHrd

Hal ini tentu akan membuat beberapa perubahan dan pasti akan timbul pro-kontra dikalangan Pustakawan itu sendiri. Tetapi yang jelas Pustakawan dan bahkan Mahasiswa Ilmu Perpustakaan harus dapat beradaptasi dengan keadaan/kebijakan yang baru karena seperti yang dikatakan Charles Darwin “bukan spesies yang paling kuat atau cerdas lah yang akan bertahan hidup melainkan spesies yang paling dapat beradaptasi dengan lingkungannya”. Hal ini seharusnya dapat menjadi pemicu agar Pustakawan maupun Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi untuk belajar kembali. Selamat Belajar Kembali..

Apa Kabarnya Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia yang baru?

Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia yang baru masih belum rampung juga maret ini. Perpustaaan Pusat UI yang rencananya rampung Januari 2010 ini tertunda sampai saat ini. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan “prinsip” antara pihak pengembang dan pihak Perpustakaan Pusat dalam rancangan gedung sehingga ada beberapa rancangan yang harus dirancang ulang. Diusahakan rancangan gedung aman dari bencana alam dan aman dari niat jahat manusia (seperti percobaan bunuh diri yang sedang marak akhir-akhir ini). Tata ruangnya dibuat sedemikian rupa sehingga pemustaka nyaman dan merasa PW (posisi Wuenak) didalamnya. Informasi ini disampaikan oleh Kepala Perpustakaan Pusat UI saat ini yang juga Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi UI, Ibu Luki Wijayanti, pada saat Kuliah Bersama Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi UI – Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN IMAM BONJOL (Padang)
Berdasarkan Buletin GERBATAMA ed.42 Februari 2010 “Sentralisasi: mengintegrasi atau mengebiri?”, Perpustakaan Pusat UI yang baru targetnya akan grand launching pada Bulan Agustus 2010 setelah relokasi koleksi buku dari fakultas rampung di bulan Juni-Juli 2010. Berita ini juga disampaikan oleh Ibu Luki pada saat Kuliah Bersama Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi UI – Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN IMAM BONJOL (Padang). Diharapkan dengan sentralisasi perpustakaan ini diharapkan terjadi interaksi antar mahasiswa lintas fakultas dan interaksi ilmu pengetahuan antar fakultas. “Jadi mahasiswa Ilmu Perpustakaan ga cuma tau tentang Perpustaaan dan Informasi aja” ungkap beliau. Sentralisasi Perpustakaan ini sepertinya ingin “mengawinkan” berbagai subjek pengetahuan yang ada di UI sehingga menghasilkan mahasiswa yang memiliki pengetahuan luas. “Di dalam Perpustakaan yang baru nantinya akan ada “ruang perjodohan subjek ilmu pengetahuan”” tambah beliau. Akan tetapi bagaimana dengan mahasiswa yang letak fakultasnya jauh dengan perpustakaan pusat yang baru nantinya, akankah mereka mau jauh-jauh datang untuk mengakses informasi ke perpustakaan padahal saat ini informasi dapat dengan mudah diperoleh lewat internet? Sejauh saat ini, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi menolak bergabung dengan alasan akses yang cukup jauh sehingga statusnya menjadi perpustakaan cabang. “Rektor telah memberi instruksi kepada seluruh dekan bahwa perpustakaan yang tidak mau pindah atau merger dengan perpustakaan pusat, biaya operasional (SDM, Pengembangan, dan Perawatan) merupakan tanggungan biaya fakultas” ungkap Ibu Mariyah (kepala perpustakaan FIB).
Perpustakaan pusat UI yang baru ini akan buka 24 jam/7hari(untuk beberapa jenis layanan, misalnya:hotspot, internet, dll). Masyarakat umum juga boleh memanfaat layanan yang ada di Perpustakaan Pusat UI sesuai peraturan yang berlaku. Ada banyak ruangan khusus yang dapat dipinjam untuk melakukan penelitian, presentasi (skripsi, tesis,dll) bahkan ada panggung yang berbatasan dengan danau yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pertunjukan musik, drama, teater, dll. Akankah proyek raksasa yang menghabiskan dana ratusan miliar ini sukses dalam pemanfaatannya? Semoga saja pembangunan Perpustakaan Pusat UI yang baru ini dapat megantar UI menjadi World Class University.

Perpustakaan Terbesar dan Termewah Buatan Indonesia Mulai Dibangun

Pemancangan Tiang Pertama
Pemancangan Tiang Pertama

Pembangunan Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia yang digadang-gadang akan menjadi perpustakaan terbesar, termewah, dan termegah di dunia sudah dimulai pada hari Senin 1 Juni 2009. Sebagai tanda dimulainya pembangunan itu, di adakan acara pemancangan tiang pertama. Rencana pembangunan perpustakaan ini adalah wujud peningkatan kualitas pelayanan Universitas Indonesia yang bercita-cita menjadi world class university. Tak kurang dari Rp. 110 Miliar dikucurkan untuk pembangunan perpustakaan ini. Wah seperti apa ya jadinya?

Sewaktu saya baca kompas.com tentang hal ini, saya mendapat data kalau nantinya perpustakaan ini akan memiliki luas bangunan 30.000 m2 serta terdiri atas 8 lantai, lokasinya di dekat Danau Kenanga, Masjid Ukhuwah Islamiah, FH, FISIP, Fasilkom, dan Science Park.

“Gedung perpustakaan tersebut dirancang dengan konsep “sustainable building” yang mana kebutuhan energi menggunakan sumber  terbarukan yakni energi matahari (solar energy) selain itu di dalam gedung tidak diperbolehkan menggunakan plastik.

Area baru tersebut bebas asap rokok, hijau serta hemat listrik, air dan kertas hingga hal inilah yang menjadikan sebagai perpustkaan terbesar, termodern dan terindah di dunia. erpustakaan pusat UI tersebut akan mampu menampung sekitar 10.000 pengunjung dalam waktu bersamaan atau sekitar 20.000 orang per hari selain itu juga akan menampung 3-5 juta judul buku.” Kompas.com

Perpustakaan Baru UI
Perpustakaan Baru UI

Kalau penasaran seperti apa bentuk gedung itu setelah selesai dibangun. Saya mendapat gambar rancangan bangunan Perpustakaan Pusat UI dari okezone.com sebagai berikut.

UI tidak hanya akan membangun Perpustakaan secara fisiknya saja. Koleksi (baik tercetak maupun elektronik) akan diperbanyak dan tenaga pustakawannya pun akan diseleksi secara ketat. Semoga Perpustakaan ini nantinya menjadi perpustakaan dengan bentuk fisik menawan dan canggih, koleksi yang lengkap, pelayanan yang baik dari pustakawan-pustakawan profesional, dan terawat/terjaga. Sehingga memberikan kontribusi dan manfaat maksimal tidak hanya untuk civitas akademika Universitas Indonesia tapi juga untuk Bangsa Indonesia.